Maikel Momot, S.Pd (Ketua DAS Tehit) Sorong Selatan. (Doc.MFT.JD)
Mediafajartimur.com, Sorong Selatan – Penobatan Kapolres sorong selatan AKBP Choiruddin Wachid, S.I.K, MM sebagai anak adat suku tehit bermarga Momot oleh Ketua Dewan Adat Suku Tehit Sorong Selatan Michael Momot, S.Pd dikampung Namro distrik Teminabuan yang diberitakan media sabtu (18/9) lalu, sempat mendapat respon public sorong selatan khususnya suku tehit. Beberapa status-status facebook bahkan tidak menerima hal itu dilakukan oleh Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Tehit Sorong Selatan Mickhael Momot, S.Pd. Menyikapi hal tersebut, Maikel Momot mengklarifikasi dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi agar tidak disalah artikan public sorong selatan khususnya suku Tehit.
Baca Juga : Beredar Surat Permohonan Persetujuan Pelantikan Sekda Definitif Kabupaten Sorong Selatan
Ditemui media ini dikediaman pribadinya di kampung Namro sabtu (25/9), Ketua DAS Tehit Mickhael Momot mengungkapkan, kedatangan Kapolres sorong selatan saat itu adalah kunjungan silaturahmi pribadi ke rumahnya selaku tokoh masyarakat dengan agenda kapolres yang mana akan mengunjungi 121 kampung dan 15 distrik yang berada di kabupaten sorong selatan guna melakukan pendekatan kepada sejumlah tokoh-tokoh yang ada di kabupaten sorong selatan.
Mihel sapaan akrabnya juga katakan bahwa kunjungan itu adalah kunjungan pribadi khusus di kampung Namro dan situasi saat itu bukan ritual adat resmi yang dilakukan sebagaimana budaya adat suku Tehit. Baginya sebagai anak adat ketika ada tamu penting yang datang, selayaknya dilakukan hal tersebut sebagai tanda hormat.
“kita bikin ritual itu bukan ketong buka kain ada sambe-sambe, tidak. Orang bilang orang penting itu baru datang di ketong pu rumah jadi ketong harus bahkendi Not atau kain dan itu biasa dimana-mana”. Ujar Maikel Momot menggunakan istilah-istilah adat suku tehit.
Menurutnya, hal tersebut sudah menjadi budaya suku tehit bahkan juga suku-suku lain dimana-mana dan itu bukan hal yang baru dilakukan. Mihel juga bahkan pertanyakan, apakah selama ini tamu-tamu penting yang datang ke sorong selatan bahkan ke kampung-kampung tidak dilakukan hal yang sama.
Disinggung soal Marga Momot yang dinobatkan, Mihel katakan hal tersebut sudah menjadi hak pribadinya sebagaimana biasa dilakukan oleh orang lain dimana-mana sebagai anak asuh ke dalam keluarganya. Menurutnya didalam suku Tehitpun dikenal dengan sebutan bahasa daerah “San” dan itu sudah biasa dilakukan. Menurutnya siapapun boleh lakukan hal tersebut dan tanpa sadar kita semua sudah lalui hal itu.
Terkait kedatangan Kapolres sorong selatan saat itu, Mickhael Momot mengungkapkan ada 3 hal yang diminta selaku Ketua DAS Tehit kepada Institusi Polri selama melaksanakan tugas di kabupaten sorong selatan yaitu (1) Hukum Adat harus dikedepankan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di kabupaten sorong selatan sebelum penegakan hukum positif, (2) Miras harus diberantas, (3) Togel harus dihentikan. Selain 3 hal tersebut Ketua DAS Tehit juga minta kepada kapolres sorong selatan agar boleh mengkaderkan anak-anak asli papua dalam jabatan structural Polri khususnya anak asli papua yang bertugas di polres sorong selatan tetapi juga orang asli papua khususnya suku tehit yang hendak mengikuti seleksi sebagai anggota Kepolisian.
Untuk diketahui, kedatangan kapolres saat itu sudah menjadi agenda untuk membangun kerja sama antara tokoh masyarakat bersama pihaknya agar bisa membantu TNI/Polri dalam melakukan penangkapan terhadap 17 DPO terkait kasus kisor maybrat.
Diakhir penjelesannya Ketua DAS Tehit Maikel Momot mengatakan jika ada yang keberatan dan tidak puas dengan penjelasan ini, bisa lansung datangi dirinya dikediaman pribadinya di kampung Namro agar bisa mendengar langsung penjelasan secara baik agar tidak disalah artikan publik sorong selatan khususnya suku tehit.
"Kalau ada yang kurang puas datang ke kediaman pribadi saya baru saya jelaskan", tegas Mickhael Momot tutup penjelasannya. (RED.MFT/JD).
0 Komentar
Silahlan tulis komentar anda