Tonis Kaliele |
MEDIA FAJAR TIMUR.COM,Teminabuan--Tonis Kaliele, mantan koordinator wilayah (Korwil) Distrik Sawiat, tim kerja dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, Samsudin-Alfons (SAMSON) minta nama baiknya dipulihkan oleh Dinas Pemberdayaan Masayarakat Kampung (DPMK) dan beberapa Kepala Kampung di Distrik Sawiat Kabupaten Sorong Selatan (SorSel).
Permintaan pemulihan nama baiknya ini menyusul setelah Tonis Kaliele disebut-sebut sebagai biang dan otak yang dituding sebagai orang yang bertanggung jawab atas penundaan atau penahanan Dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari beberapa kampung di Distrik Sawiat.
Yang berimbas pada kesalah pahaman dan konflik antar warga dengan kepala Distrik Sawiat usai upacara bendera HUT RI ke-77 di halaman kantor Distrik Sawiat Kampung Wen, Rabu (17/8/2022).
"BLT tersebut tertahan sehingga saya sebagai korwil tim kerja SAMSON nama saya disebut-sebut. Saya disalahkan dikaitkan bahwa ini adalah permainan dari tim kerja, korwil tim sukses jadi pada kesempatan ini saya mau klarifikasi bahwa berhubungan penahanan BLT kampung Eles, Safakyo, Sadrofoyo dan kampung Sasnek itu sama sekali saya tidak tahu dan mohon kepada dinas terkait harus berani menyampaikan apa masalahnya sehingga dana BLT dari kampung-kampung ini ditahan," kata Tonis Kaliele kepada media ini di Teminabuan, Sabtu (27/8/2022).
Menurut Tonis, yang juga Ketua PAC partai PDIP Distrik Sawiat itu, nama tim kerja atau tim sukses sudah berakhir masa kerjanya. Untuk saat sekarang ini pemerintahan sudah berjalan seperti biasa sehingga hal-hal seperti itu tidak ada hubungannya dan sangkut paut lagi dengan korwil atau tim kerja SAMSON.
"Jadi perlu ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan (DPMK,red). Masalah ini sudah mencantumkan nama pribadi saya jadi, saya minta oknum kepala kampung yang menyebut nama saya dan dinas terkait harus melakukan pemulihan nama baik saya," ujarnya.
"Ada kata-kata ancaman yang saya dengarkan bahwa saya diancam dibunuh, rumah saya akan bakar. saya sebagai masyarakat biasa tidak punya apa-apa tidak tahu menahu masalah proses BLT kok saya yang di salahkan," sambungya lagi.
Dengan adanya peritiwa ini, Tonis secara terbuka dirinya mengklarifikasikan nama baiknya dan keluarganya. Hal ini tentu perlu didengar dan ditanggapi oleh semua pihak terkait, karena baginya dengan adanya situasi seperti ini namanya telah tercoreng dan telah terjadi pembusukan secara langsung.
Pada kesempatan ini juga, Tonis mengaku kecewa dan heran karena sebagai masyarakat biasa kok namanya dikaitkan dengan masalah kedinasan DPMK. Ia juga menegaskan bahwa masalah penundaan atau penahanan dana BLT dari masyarakat di beberapa kampung di Sawiat perlu di sikapi secara serius oleh Bupati dan Wakil Bupati.
"Pihak-pihak yang merasa kurang puas karena BLT ditahan bisa secara teknis berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait. Itu urusan pemerintahan dan kami sebagai masyarakat biasa tidak tahu menahu terkait masalah tersebut," tandasnya.
Tonis berharap masalah penundaan atau penahanan BLT dari warga masyarajat di beberapa kampung di wilayah Distrik Sawiat itu bisa di sikapi secara bijak oleh dinas terkait.
Hal ini perlu di ambil tindakan agar tidak menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat sebagaimana yang telah terjadi antara masyarakat kampung Eles dan Sfakyo dengan kepala Distrik Sawiat. Yang nyaris buntut pada perkelahian seusai upacara bendera HUT RI ke-77 di halaman kantor Distrik Sawiat, Kampung Wen, Rabu (17/8/2022) lalu. (Red/BK)
0 Komentar
Silahlan tulis komentar anda