Ticker posts

Loading...

Header Widget

Sawah Responsive Advertisement

GMNI Sorong Selatan Dukung TNI Dan Polri Usut Tuntas Kasus Pembataian Karyawan Pekerja Jalan di Bintuni



MEDIA FAJAR TIMUR.COM,Sorong Selatan--Dewan Pengurus Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sorong Selatan menyatakan dukungan penuh kepada aparat TNI dan Polri untuk mengusut tuntas pelaku penyerangan terhadap pelaku kasus penembakan terhadap 12 pekerja yanh mengakibatkan pembantaian terhadap 4 pekerja proyek jalan trans Teluk Bintuni- Maybrat di Kampung Mayerga Distrik Moskona Barat, Teluk Bintuni, 29 September 2022 lalu.

"Kami dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kabupaten Sorong Selatan 
minta kepada TNI dan Polri untuk dapat melakukan pengusutan terhadap oknum yang melakukan tindakan kriminal terhadap para pekerja jalan di wilayah kabupaten Bintuni," ujar Robert Kemesrar Sekertaris DPC GMNI Sorong Selatan, di Teminabuan, Sabtu.

Menurut Robert, GMNI Sorong Selatan mendukung dan mendesak  aparat TNI dan Polri mengusut tuntas kasus ini. Karena  dari peristiwa itu, telah berdampak pada  anak-anak mahasiswa asal Papua yang kini berada di kota studi yang ada di luar Papua, khususnya di kota Makassar dan kota Manado.



Pasalnya, dari laporan yang diterima GMNI Sorong Selatan  dari mahasiswa Papua asal Sorong Selatan di 2 kota studi tersebut mengalami teror dan intimidasi dari oknum-oknum warga setempat. Yang tidak terima dengan keluarga mereka yang menjadi korban dari peristiwa naas tersebut.

"Kami telah mendapatkan laporan secara langsung dari teman-teman kami mahasiwa di kota studi Manado dan Makassar bahwa mereka mengalami diskriminasi dan juga ancaman baik spikologi  maupun tindakan fisik maka itu, kami dari organisasi GMNI meminta dengan tegas kepada lembaga atau dinas terkait untuk dapat menangani kasus ini dengan serius," ungkapnya.

"Maka itu maka dari hal tersebut Kami mengimbau kepada pemerintah Kabupaten Sorong Selatan untuk dapat mengkonfirmasikan kepada aparat TNI, Polri dan pemerintah di kota Makassar dan Manado  agar dapat bersama-sama menjaga ketertiban dan kenyamanan dari anak-anak  (Mahasiswa) yang berada di sana,"kata Robert dengan nada mengimbau.




Senada juga diutarakan Benyamin Krimadi, Ketua Bindang Organisasi GMNI Sorong Selatan. Ia berharap kasus ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan institusi TNI dan Polri. Mengigat peristiwa seperti ini jika tidak di tagani secara baik akan berdampak pada berbagai aspek yang dapat menganggu keamanan dan ketertibaan masyarakat baik yang ada di tanah Papua maupun di luar tanah Papua.

" Kita belajar dari pengalaman peristiwa kerusahan di Wamena  yang terjadi 23 September 2019 lalu. Dimana dampak dari peristiwa kerusuhan ini, sebagian besar mahasiswa Papua yang berada di sejumlah kota studi di luar tanah Papua  mengalami ancaman bahkan intimidasi baik secara fisik maupun secara psikologis," tandasnya.

Mencermati peristiwa naas yang dialami oleh para karyawan pekerja jalan trans Bintuni-Maybrat itu, Benyamin minta agar negara (TNI dan Polri) serius untuk tuntaskan kasus ini. Ia minta perlu ada koordinasi lintas sektoral antara aparat TNI dan Polri maupun pemerintah setempat dalam hal ini pemerintah kabupaten Teluk Bintuni, pemerintah kabupaten Maybrat,pemerintah Provinsi Papua Barat dan pemerintah pusat.

" Kami telah mendapatkan laporan langsung dari teman-teman kami mahasiswa asal Sorong Selatan yang ada di sana (Makassar dan Manado) kalau mereka mengalami ancaman teror. Masalah ini jangan di biarkan berlarut-larut  dikuatirkan bisa menimbulkan masalah baru lagi dan perlu ada perhatian serius dari semua pihak,"pintanya.

Dirinya, juga mendesak pemerintah Kabupaten Sorong Selatan melalui Badan Kesbangpol perlu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pengurus pangayuban dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara yang ada di Sorong Selatan untuk memberikan pengertian kepada warga yang ada di Makassar maupun di Manado untuk bijak melihat peristiwa naas  yang telah menghilangkan nyawa dari  sesama anak bangsa asal Sulawesi Selatan dan Sulawsi Utara tersebut.

"Kami minta pengurus pangayuban asal daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara memberikan pencerahan kepada warga mereka yang ada di sana agar bijak melihat peristiwa ini. Jangan  ada lagi teror dan intimidasi kepada saudara-saudara kami mahasiswa Papua yang saat ini tengah mengeyem pendidikan di Makassar maupun di Manado," imbuh Benyamin.(Red/Js)

Posting Komentar

0 Komentar